Forbidden Star (Chapter 4)

Image

Title                 : Forbidden Star

Author             : Azumi Aozora (@AzmiWiantina)

Main Casts      : Shin Hye Ri / Penelope (OC), Leo / Jung Taek Woon (VIXX), Wu Yi Fan / Kris (EXO-M), Lee Hong Bin (VIXX), Lee Min Hyuk (BTOB)

Support Casts     : BTOB, EXO, and VIXX members

Genre              : fantasy, romance, friendship, family, school life

Rating             : PG + 15

Length              : Series (5 Chapters)

Summary        :  Shin Hye Ri bukanlah gadis biasa. Ia adalah keturunan penyihir terkenal. Sayangnya Hye Ri sering sekali melanggar peraturan keluarganya untuk tidak menunjukkan sihir-nya pada manusia biasa. Karena itulah, orang tua Hye Ri mengirimnya ke Korea untuk tinggal bersama kakak-nya, Shin Dong Geun (Peniel), yang sejak dulu merupakan satu-satunya orang yang bisa mengendalikan sifat membangkang Hye Ri. Apakah sekarang Peniel berhasil mengendalikan Hye Ri? Apa yang terjadi bila rahasia Hye Ri dan keluarganya terbongkar? Berbagai kejadian menarik yang belum pernah Hye Ri alami akan terjadi di Seoul, termasuk jatuh cinta. Tapi bagaimana bila ternyata Hye Ri mencintai orang yang seharusnya tidak boleh ia cintai? Bagaimana bila ternyata BTOB, VIXX, dan EXO yang merupakan idol terkenal di Korea sekaligus merupakan 3 group Kingka di Sekolah baru Hyeri juga memiliki rahasia yang tidak boleh diketahui manusia?

Disclaimer       : This story is just fanfiction. I make no money from this, just have fun as fans. Ide dan alur cerita milik author. Sifat / karakter tokoh FF ini ada yang sama dengan asli tapi ada juga yang beda. Di FF ini BTOB, EXO, dan VIXX umurnya masih umur Senior High School (belasan tahun) dan tidak sesuai asli. Don’t plagiarize this story! Just enjoy the story and don’t forget to leave any comment.

Link Chapter 1  https://wiantinaazmi.wordpress.com/2013/10/20/forbidden-star/

 

Link Chapter 2  https://wiantinaazmi.wordpress.com/2013/12/19/forbidden-star-chapter-2/

 

Link Chapter 3 https://wiantinaazmi.wordpress.com/2014/01/29/forbidden-star-chapter-3/

 

~~~ Chapter 4 ~~~

Seharusnya hari ini aku bisa pergi ke sekolah dengan bersemangat, bertemu Leo, menghabiskan waktu bersama sebagai sepasang kekasih untuk yang pertama kalinya di sekolah. Harusnya itulah yang terjadi, seandainya saja tadi malam Peniel tidak memberitahuku tentang Leo dan aku.

Aku masih tidak bisa mempercayainya. Bagaimana mungkin aku dan Leo bisa memiliki ayah yang sama?! Kenapa harus Leo yang menjadi kakakku?! Kenapa takdir membuatku jatuh cinta padanya bila pada akhirnya kami tidak bisa bersama?

Tapi seandainya benar, apa yang harus kulakukan? Aku tidak ingin berpisah dengan Leo, tapi aku tahu kami juga tidak boleh bersama sebagai sepasang kekasih. Hal itu menyalahi hukum alam.

Kenapa hal ini harus terjadi? Pertanyaan itu terus berulang-ulang kutanyakan entah pada siapa. Tuhan? Takdir? Diriku sendiri?

“Love, istirahatlah, tidak usah masuk sekolah.” Kata Peniel begitu aku memakai sepatuku, bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.

Aku menggeleng. “Aku harus pergi.”

“Hyeri~ah, wajahmu pucat. Apakah kau sakit?” tanya Minhyuk. Kakakku memang tidak memberitahu teman-temannya tentang apa yang terjadi padaku dan Leo. Aku hanya menggeleng pelan.

Selama di perjalanan menuju sekolah, aku hanya terdiam. Anehnya member BTOB juga terdiam, tidak ribut seperti biasanya. Mungkin mereka benar-benar mengira aku sakit dan tidak ingin membuat kepalaku semakin pusing dengan ocehan mereka.

Seperti biasa, aku turun agak jauh dari gerbang sekolah, dan berjalan kaki menuju sekolah. Hatiku terasa berat sekali. Tuhan….tolong beritahu aku semua ini hanyalah mimpi buruk. Tuhan…, detik ini juga aku ingin terbangun dari mimpi buruk ini.

Dari kejauhan, aku bisa melihat Leo berdiri di depan gerbang sekolah. Menungguku. Ia tersenyum hangat, tapi hatiku terasa beku.

Aku berjalan sambil menundukkan kepalaku. Aku mengepalkan tanganku kuat-kuat, menahan diriku agar tidak menangis di depan Leo. Dia belum tahu tentang siapa kami yang sebenarnya. Apa reaksinya nanti saat dia tahu?

“Hyeri…” panggil Leo lembut sambil tersenyum.

Tanpa memandang matanya, aku terus berjalan dan mengabaikan panggilannya. Leo menahan tanganku. “Kau pucat sekali. Apakah kau sakit, Hyeri?” nada Leo terdengar cemas.

Aku melepaskan tangan Leo dari lenganku. “Sunbaenim.”

Leo tersentak kaget karena pagi ini aku tiba-tiba memanggilnya sunbaenim lagi dan bukannya oppa. Aku menggigit bibir bawahku. Sudah kuputuskan, lebih baik aku mengakhiri hubungan kami sekarang daripada membiarkannya berlarut-larut. Aku tidak ingin semakin mencintai Leo dan pada akhirnya semakin menderita. Sungguh ironis sekali, kebahagiaan itu bahkan baru kami dapatkan kurang dari 12 jam yang lalu, tapi kini semuanya harus berakhir, seolah kejadian tadi malam hanyalah sebuah khayalan yang terjadi di dalam kepala kami.

“Aku….tidak bisa bersamamu. Kita…tidak mungkin bisa bersama.” Akhirnya aku mengatakan kalimat ini juga meski dengan susah payah. Wajah Leo terlihat kosong dan sorot matanya terlihat seolah tak bernyawa.

Sebelum air mataku jatuh, aku pun segera berlari dengan cepat meninggalkan Leo, menyusuri lorong sekolah, sekali dua kali menubruk orang lain tapi terus saja berlari tanpa meminta maaf. Pandangan mataku mulai buram karena air mata. Semua orang yang kulewati menatapku dengan heran.

Aku berlari menuju lapangan tennis yang sepi, kemudian membalikkan badanku dan berlari ke arah berlawanan. Tidak. Aku tidak ingin pergi ke lapangan tennis yang terletak dekat dengan “markas” Leo. Dia pasti akan menemukanku di sana.

Masih dengan tergesa-gesa, aku pun berlari di sepanjang koridor Selatan yang sepi, tempat di mana ruangan –ruangan klub berada. Tanpa sengaja aku menubruk lengan seseorang. Aku tidak meminta maaf dan terus saja berlari, tapi aku berhenti ketika orang yang kutubruk tadi menahan lenganku.

“Hyeri? Kau kenapa?”

Meskipun saat ini aku masih merasa kesal dan merasa dikhianati oleh Hongbin, tapi perasaan itu tidak sebanding dengan rasa sakit yang kurasakan saat ini. Dikhianati oleh teman baik masih lebih baik daripada mengetahui kebenaran bahwa satu-satunya pria yang kucintai di dunia ini ternyata adalah kakak kandungku sendiri.

Aku berusaha melepaskan tangan Hongbin dari lenganku, tapi Hongbin terlalu kuat. Pada akhirnya aku tidak kuasa lagi menahan air mataku. Aku berjongkok dan menangis dengan keras, menumpahkan segala emosi yang tertahan.

“Hyeri~ah…Hyeri~ah.., kau kenapa?” Hongbin panik. Ia berjongkok dan menatap wajahku dengan khawatir.

Aku terus saja menangis sambil memegangi dadaku yang terasa sesak. Aku tidak pernah tahu ternyata rasanya bisa se-sakit ini. Jauh lebih sakit dibanding saat aku terjatuh dari tangga saat aku masih kecil. Jauh lebih sakit dibanding saat aku tertabrak mobil ketika elementary school dulu. Rasanya jauh lebih sakit dari semua gabungan rasa sakit yang ada di dunia ini.

Hongbin memelukku dan membiarkan aku menangis di dada-nya. 10 menit, 20 menit, entah berapa lama aku menangis. Aku merasa kakiku mulai pegal karena terlalu lama berjongkok. Aku mendorong Hongbin pelan agar menjauhiku. Tanpa mengatakan apapun, aku berdiri dan berjalan pergi, tapi baru beberapa langkah aku merasa kepalaku berkunang-kunang, kakiku kehilangan keseimbangan. Aku beruntung karena Hongbin menahan tubuhku sebelum aku terjatuh.

“Ayo kita ke UKS…”

Aku menggeleng. “Pergilah, Lee Hongbin. Kau bukan temanku. Kau hanya memanfaatkanku kan? Kau menginginkan mutiara sihir yang ada dalam tubuhku.” kataku pelan, tapi nadaku masih terdengar sinis.

Hongbin memegang bahuku dengan kedua tangannya, dan membungkukkan badannya agar matanya bisa sejajar memandang mataku. “Maafkan aku, Hyeri. Dulu, aku memang menginginkan mutiara itu. Tapi setelah mengenalmu, aku…..kurasa aku tidak menginginkannya lagi. Aku akui, dulu aku memang mendekatimu karena aku menginginkan mutiara itu. Tapi kurasa mutiara itu sudah tidak penting lagi bagiku, karena yang terpenting bagiku saat ini adalah kebahagiaanmu, Shin Hye Ri. Aku….mencintaimu.”

Aku menatap kedua mata cokelat bening milik Hongbin yang menatapku dengan sungguh-sungguh. Cara ia menatapku saat ini sama seperti cara Leo menatapku tadi malam. Aku tidak melihat apapun selain kejujuran dan ketulusan di dalamnya.

“Lee Hongbin, seandainya bisa….aku juga ingin mencintaimu. Seandainya aku bisa mengendalikan hatiku, perasaanku…, lebih baik aku mencintaimu, sehingga aku tidak perlu merasakan sakit ini.” Aku menyentuh dadaku yang masih terasa sesak dan perih.

Air mataku mengalir lagi tanpa bisa kucegah. Hongbin merangkulku ke dalam pelukannya. Sama seperti sebelumnya, Hongbin hanya terus memelukku tanpa mengatakan apapun, seolah ia mengerti bahwa saat ini aku tidak ingin menceritakan apa penyebab rasa sakitku.

*********

Aku dan Hongbin bolos sekolah seharian ini. Hongbin menemaniku makan banyak sekali makanan yang kusukai. Dia tidak mengomentari cara makanku ataupun mengatakan kata-kata pedas seperti biasanya ketika aku makan dengan terburu-buru. Kami juga pergi ke taman bermain, menaiki berbagai wahana yang menguras adrenalin.

Aku berharap aku bisa melupakan Leo sedetik saja, tapi ternyata tidak bisa. Tidak ada gunanya aku “melarikan diri” seperti ini, karena aku tidak bisa melarikan diri dari perasaanku sendiri. Leo berhak mendapatkan penjelasan. Leo berhak mengetahui kebenaran ini, tapi aku malah melarikan diri dan dengan bodohnya masih terus berharap semua ini hanyalah mimpi buruk. Kurasa saat ini aku menjadi orang paling tolol di seluruh dunia!

Hongbin lagi-lagi tidak bertanya apapun tentang masalahku. Aku bersyukur karena ia mau mengerti dan tidak menuntut penjelasan.

Pukul 8 malam, Hongbin mengantarku pulang ke dorm BTOB. Aku bisa merasakan para serigala mengawasi kami dari balik pepohonan saat kami berjalan. Kali ini Hongbin tidak memedulikan serigala-serigala itu. Serigala-serigala itu juga tidak menampakkan diri mereka dan tidak berjalan mengikutiku seperti biasanya.

Ketika kami tiba di depan dorm BTOB, Hongbin menggenggam sebelah tanganku. “Hyeri~ah…., meskipun kau tidak mengatakan apapun, aku tahu apa yang membuatmu sedih. Aku menebaknya dan sepertinya tebakanku benar. Leo….”

Tubuhku langsung kaku saat Hongbin menyebut nama Leo. Hongbin mempererat genggaman tangannya.

Hongbin tersenyum, tapi kedua matanya terlihat terluka. “Aku pernah bilang padamu kan kalau aku adalah salah satu pangeran vampire tertua di duniaku? Umurku yang sebenarnya sekarang sudah 210 tahun. Aku lahir ketika nenek buyutmu, Penyihir Min Ah masih kanak-kanak. Dan kau tahu? 18 tahun yang lalu, ketika pertama kalinya ayah Leo datang padaku dan mempercayaiku untuk menjaga Leo, aku sudah berwujud seperti sekarang ini. Pertumbuhanku terhenti saat usiaku 17 tahun dan selamanya aku akan tetap seperti ini. Semua vampire yang terlahir dari pasangan vampire akan berhenti tumbuh saat usia mereka 17 tahun, tapi Leo berbeda. Dia setengah vampire dan setengah penyihir. Dia terus tumbuh, dan mungkin dia akan terus tumbuh dan menua sama sepertimu.”

“Hentikan. Jangan bicara lagi…” kataku dengan suara serak.

Tapi Hongbin terus bicara. “Lupakanlah Leo, Hyeri~ah. Lupakanlah dia. Aku tidak ingin melihatmu menderita seperti ini.”

Aku berusaha melepaskan genggaman tangan Hongbin. “KAU TIDAK TAHU APA-APA!”

“Tentu saja aku tahu! Jangan bodoh, Shin Hyeri! Akulah yang mengurus Leo sejak kecil! Meskipun di dunia manusia ini aku memanggilnya hyung, aku jauh lebih tua darinya. Aku tahu semua hal tentangnya. Aku tahu semua hal tentangmu dan keluargamu. Lupakanlah Leo, Shin Hyeri. Kalian tidak mungkin bisa bersama! Ibu Leo meninggal setelah melahirkannya, sama seperti ibumu. Lalu ayahnya menikah dengan ibumu setelah Leo berumur 2 tahun. Ayahnya menyerahkannya padaku saat itu. Aku tidak tahu apa-apa tentangmu sampai 3 tahun yang lalu. Saat itu aku berpikir….aah Leo punya saudara, dia tidak sendirian lagi di dunia ini.”

“HENTIKAN! HENTIKAN, LEE HONGBIN! KAU MEMBUAT SEMUANYA SEMAKIN BURUK!” dengan kekuatan sihirku, aku mendorong Hongbin menjauh. Aku pun segera berlari masuk ke dalam dorm dan menutup pintu dengan keras di depan wajah Hongbin.

Dorm sepi. Sepertinya BTOB belum pulang dari acara radio. Maka aku pun membiarkan diriku menangis di ruang tengah.

Aku tahu Hongbin hanya ingin menegaskan semuanya. Aku marah padanya karena semua yang dikatakannya adalah benar. Peniel dan Hongbin mengatakan hal yang sama.

Ponselku berdering. Aku mengangkatnya. “Mom….” Lirihku. Saat ini ingin sekali rasanya aku memeluk ibuku dan merasakan belaian hangatnya.

“Love, are you okay? Why are you crying?”

“I’m okay, Mom. Aku hanya sedang latihan drama adegan menangis. Bagaimana? Aktingku bagus kan?”

“Don’t lie, Love. Aku khawatir sekali padamu, Dear. Semenjak kau pergi ke Seoul, aku tidak bisa lagi membaca masa depanmu melalui gugusan bintang.”

Aku tersenyum pahit. “Mungkin seharusnya aku tidak pernah datang ke Seoul, Mom.” Kataku pelan.

“What’s wrong, Dear?”

Aku menggeleng. Aku tidak ingin membuat ibuku khawatir. “Nothing, Mom. I just….miss you so much. I miss Dad too.”

Ibuku tertawa pelan. “Lusa kami akan datang ke Seoul. Kami punya kabar gembira untukmu, Love.”

“Kabar gembira apa, Mom?”

Ibuku tertawa renyah. “Aku tidak akan memberitahumu sekarang. Aku sangat bahagia untukmu, Love.”

Aku mengerutkan keningku, sama sekali tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh ibuku. Aku menghela nafas panjang. “Kuharap kabar rahasia-mu itu memang akan membuatku bahagia, Mom.” Kataku dengan nada sungguh-sungguh.

Bisakah? Apakah aku bisa tersenyum lagi? Apakah aku bisa merasakan kebahagiaan lagi? Karena sepertinya sekarang hatiku sudah mati. “Bahagia” seperti sebuah hal yang terlalu mustahil dan berlebihan bagiku.

Kuharap aku bahagia. Tidak…., aku berharap Leo-lah yang bahagia.

*************

Menatap Leo secara langsung rasanya terlalu menyakitkan. Hari ini, seperti biasa kami menghabiskan jam makan siang di taman belakang sekolah. Meskipun aku merasa takut dengan perasaanku sendiri, aku tetap memantapkan hatiku untuk menemui Leo, untuk menjelaskan padanya.

Leo menyandarkan punggungnya di batang pohon dan terus saja menatapku tanpa ekspresi. Pandangan mata Leo mengeras. Ia kembali menjadi Leo yang dulu, Leo yang pertama kali kutemui di taman ini. Aku berdiri agak jauh darinya dan hanya menatap rerumputan basah di bawah kakiku.

“Seandainya kita tidak memiliki ayah yang sama, apakah kau masih akan terus mencintaiku?” tanya Leo pelan.

Aku mengangkat wajahku dan menatap matanya. Jarak kami masih agak jauh. “Bahkan di saat kenyataan memberitahuku bahwa kita memiliki ayah yang sama, aku tetap mencintaimu.”

Leo hanya terdiam. Aku tidak bisa membaca ekspresi wajahnya.

“Apakah perasaanmu berubah, sunbaenim? Apakah perasaanmu berubah saat kau mengetahui siapa aku yang sebenarnya?”

Leo menggeleng. “Tidak.”

Air mataku mulai mendesak ingin keluar, tapi aku menahannya. Aku tersenyum meskipun hatiku terasa pedih. “Kuharap perasaan kita bisa berubah. Aku tidak tahu berapa lama, tapi bisakah kita tidak perlu bertemu lagi, sunbaenim? Itu akan membuat segalanya lebih mudah….”

Leo menatapku dengan tajam tanpa mengatakan apapun. Setelah beberapa menit berlalu barulah Leo berbicara. “Perasaanku tidak akan pernah berubah, Shin Hye Ri. Aku akan mencari kebenaran. Aku yakin kita berdua bukanlah saudara kandung…..”

Aku menggeleng. “Kebenaran itu sudah jelas di depan mata kita, sunbaenim. Sekarang kalau kuperhatikan lagi baik-baik, wajah kita berdua agak mirip. Benar kan?” aku memaksakan diriku tersenyum, tapi Leo menatapku dengan marah. “Hentikan.” Desis-nya.

“Kuharap kau bahagia, sunbaenim. Aku tidak akan pernah mengakuimu sebagai kakakku. Lebih baik aku menganggapmu tidak pernah ada.” Setelah mengatakan hal itu, aku pun membalikkan badanku dan berjalan pergi menjauhi Leo. Berharap dengan menjauhinya maka aku pun bisa meninggalkan hatiku yang telah mati di sana. Berharap hati yang baru akan tumbuh lagi, meskipun aku tahu hal itu sangatlah mustahil. Luka akan menutup seiring waktu berlalu, tapi goresan-goresan masa lalu yang ditorehkannya akan terus berada di sana selamanya.

Bisakah aku melupakan Leo? Kapan? Kapan aku bisa melupakannya? Bisakah aku melupakannya detik ini juga?

Sebelumnya aku selalu menganggap orang yang mengingkan ingatannya hilang, amnesia permanen, adalah orang paling tolol di seluruh dunia! Tapi kini, aku tahu, bagi orang-orang sepertiku, hilang ingatan adalah sesuatu yang sangat kuinginkan.

*************

Keesokan harinya, ayah dan ibuku datang. Aku mengerutkan keningku dalam-dalam, ketika aku tiba di dorm BTOB sepulang sekolah dan melihat bukan hanya ayah dan ibuku saja yang ada di sana, melainkan juga sepasang suami istri yang wajahnya mirip dengan seseorang.

“Love, this is Minhyuk’s parents.” Kata ibuku. Aku membungkukkan badanku dengan sopan dan mengenalkan diriku pada mereka berdua. Tak lama BTOB pun datang dan dimulailah penyampaian sebuah kabar yang menurut ibuku akan membuatku bahagia.

“Love, maafkan aku karena sebelumnya tidak pernah memberitahumu hal ini. Aku dan ayahmu sudah mengenal Minhyuk dan keluarganya sejak lama sekali. Sejak kalian bayi, kami sudah berencana akan menjodohkan kalian. Bagaimana, sayang? Apakah kau menyukai Minhyuk?” Ibuku tersenyum padaku.

Wajahku masih tetap tanpa eskpresi. Entahlah, aku tidak merasakan perasaan apapun saat ini. Bahkan kesal atau marah pun tidak. Sudah kubilang, hatiku telah mati.

“Minhyuk sangat menyukaimu, Hyeri sshi. Kami ingin kalian segera bertunangan agar perasaan kami tentang masa depan kalian berdua bisa menjadi tenang.” Ibu Min Hyuk tersenyum manis. “Eomma!” Wajah Min Hyuk memerah. Kakakku menatapku dengan tajam sementara teman-teman BTOB-nya nyengir lebar padaku dan Minhyuk.

Aku masih tetap tidak mengatakan apapun. Kedua orangtuaku dan Minhyuk terus bicara tentang rencana pertunangan dan lain-lain. Aku hanya mengangguk. Mungkin ini jawaban dari Tuhan. Mungkin dengan begini aku akan bisa melupakan Leo. Pasti. Suatu hari nanti pasti aku akan bisa melupakannya. Aku terus-menerus mengatakan hal itu pada diriku sendiri, meskipun aku merasa tidak yakin.

********

Hari sabtu, aku ikut pindah ke apartemen yang di-sewa oleh ayah dan ibuku. Mulai sekarang aku akan tinggal di apartemen ini. Ayah dan ibuku berkata pesta pertunangan aku dan Minhyuk akan diadakan minggu depan.

Seandainya saat ini aku masih Shin Hye Ri yang dulu, maka aku pasti akan menolak perjodohan ini dengan tegas! Aku masih 16 tahun! Mengapa aku harus bertunangan?!

Tapi sekarang….aku bukanlah Shin Hye Ri yang dulu lagi. Apapun akan kulakukan asalkan aku bisa melupakan Leo.

Aku tidak peduli dengan semua persiapan pesta pertunangan. Aku tidak peduli dengan apapun di sekitarku. Setiap detik yang kulewati terasa seperti kehidupan para zombie. Aku mati tapi tidak benar-benar mati. Aku hidup tapi tidak benar-benar hidup. Aku mati rasa, tidak bisa merasakan apapun.

Hari senin, aku pergi ke sekolah seperti biasa. Aku tidak pergi ke taman belakang sekolah ataupun ke ruang musik lantai 4 untuk menemui Leon saat jam istirahat, melainkan ikut makan di kantin bersama kakakku dan teman-teman BTOB-ku, oh sekarang plus calon tunanganku, Minhyuk. Yah, aku tidak peduli.

Aku makan banyak sekali, tapi semua makanan itu terasa hambar di lidahku. Aku tidak bisa merasakan apapun. Aku tidak tahu, se-parah inilah efek yang ditimbulkan bila hati-ku sakit. Seluruh tubuhku jadi ikut merasa sakit.

Leo masih sering menatapku dari kejauhan. Tapi sepertinya ia memikirkan hal yang sama denganku. Ia tidak berusaha mendekatiku lagi.

Beberapa hari Leo tidak masuk sekolah. Aku tidak tahu kemana dia pergi. Aku berusaha tidak peduli, tapi pada kenyataannya aku tetap peduli.

Hari jumat siang, ketika aku sedang berjalan sendirian menuju perpustakaan, tiba-tiba saja Kris menghalangi jalanku. Dia menatapku dengan tajam. “Berhentilah berpura-pura semuanya baik-baik saja, Shin Hye Ri!”

Aku tersenyum tanpa perasaan. “Apa maksudmu?”

Kris mendengus. “Kau akan menerima perjodohan itu begitu saja?”

Aku mengangguk.

“Apakah itu yang kau inginkan?”

“Tidak ada yang paling kuinginkan di dunia ini selain melupakan orang itu.” Tatapan mataku mengeras.

“Tapi bukan seperti itu caranya. Tidakkah kau sadar? Kau bukan hanya akan menyakiti dirimu sendiri tapi juga menyakiti ibumu, ayahmu, dan Minhyuk?”

Aku mendengus. “Kenapa kau selalu ikut campur masalahku, Kris sunbaenim?”

Tatapan mata Kris melembut. “Karena aku ingin kau bahagia…”

“Karena kau berhutang budi pada nenek moyangku dulu?”

Kris menggeleng. “Karena aku menyukaimu.” Katanya to the point.

Aku tertawa, meskipun terasa hambar. “Waktu itu Hongbin, dan sekarang Kau. Berhentilah Kris sunbaemin. Memangnya apa yang bisa kau lakukan untukku? Apakah kau bisa menjamin di masa depan nanti aku bisa melupakan orang itu?”

Kris menggeleng. “Tidak. Tapi setidaknya aku bisa menyelamatkanmu dari pilihan yang salah.”

“Bagaimana caranya?”

“Aku akan membawamu pergi dari pesta pertunanganmu.”

Aku tertawa terbahak-bahak. “Jangan bercanda, sunbaenim!”

Kris menatapku tajam. “Aku sungguh-sungguh, Shin Hyeri.”

Aku mengibaskan tanganku. “Sudahlah. Lagipula aku tidak peduli.”

Kris menatapku dengan sedih, seolah aku adalah orang paling menyedihkan di jagad raya ini. Seolah aku sudah tidak waras lagi.

Biarlah. Aku benar-benar tidak peduli lagi dengan hidupku.

*************

Se-cuek dan se-tomboy apapun seorang gadis, saat kecil dulu pasti pernah bermimpi untuk mengenakan gaun cantik dan berdiri di samping pria yang ia cintai dan mencintainya.

Aku pun begitu. Dulu aku memang berharap bisa mengenakan gaun pertunangan setelah aku dewasa nanti, lalu pada akhirnya beberapa tahun kemudian bisa mengenakan gaun pengantin yang cantik dan mengikat janji suci bersama dengan pria yang kucintai.

Tapi kenyataan merubah pola pikirku. Kenyataan menghapuskan semua mimpiku.

Saat ini aku benar-benar tidak peduli lagi dengan semua itu, karena yang kuharapkan tetaplah hanya 1 : melupakan Leo.

Aku membiarkan para stylist merias wajahku dan rambutku. Aku menatap cermin besar di hadapanku. “Siapa kau?” bisikku pelan pada diriku sendiri.

Aku tahu aku telah kehilangan diriku. Shin Hyeri yang sekarang bukanlah diriku yang sebenarnya. Aku ingin Hyeri yang dulu kembali. Aku ingin Hyeri yang kuat. Hyeri yang menatap dunia ini dengan yakin dan percaya diri.

Bila aku tidak memiliki keberanian untuk melupakan Leo, bagaimana aku bisa melupakannya?! Bila aku tidak memiliki keberanian untuk melawan dunia, bagaimana aku bisa bertahan dia atas kedua kakiku sendiri?!

Stylist telah selesai merias wajah dan rambutku. Aku menatap gadis luar biasa cantik yang balas menatapku lewat cermin. Itu memang aku, tapi bukan aku.

Ibuku tiba-tiba saja masuk. Pesta ini memang diadakan di salah satu hotel mewah, tak heran bila ruang rias-nya saja se-bagus ini.

Ibuku menatapku lewat cermin. Ia tersenyum, tapi sorot matanya terlihat cemas.

“What’s wrong, Mom? Kupikir kau bahagia.” Aku tersenyum.

Ibuku meletakkan sebelah tangannya di pundakku. “Tapi kau tidak bahagia, sayang.”

“Siapa bilang? Aku bahagia, Mom.” Aku masih memasang senyum palsu-ku.

“Peniel sudah menceritakan semuanya padaku. Maafkan aku sayang, maaf semua ini terjadi karena aku tidak….…”

Aku berdiri dan memeluk ibuku. “Mom, sudahlah. Aku tidak pernah menyalahkanmu karena menyembunyikan masa laluku dariku. Tersenyumlah, Mom. Berbahagialah. Setidaknya itu yang bisa kuberikan padamu.”

Ibuku menggeleng dan menatapku lekat-lekat. “Aku tidak bahagia karena kau tidak bahagia, Love. Pergilah….”

Aku membelalak menatap ibuku. “Mom…”

“Pergilah, sayang. Kris dan Hongbin akan datang sebentar lagi.” Ibuku tersenyum, lalu menyeka air mata di sudut matanya. “Mungkin aku tidak akan melihatmu selama beberapa tahun, tapi berjanjilah padaku Love, saat kau kembali…..kau harus tersenyum bahagia. Kembalilah saat kau ingin kembali. Tapi sekarang…pergilah. Hanya itu yang bisa kulakukan untukmu. Ayahmu akan marah sekali padamu, apalagi padaku. Nyonya dan Tuan Lee akan kecewa sekali padaku, tapi aku tidak peduli. Aku hanya ingin kau bahagia, Love.”

Ibuku memelukku semakin erat. Aku menangis di pundaknya. “Thank you, Mom.”

Ibuku mengangguk dan mengelus-elus lenganku. “Peniel menyayangimu. Dia memintaku mengatakan hal ini. Sekarang dia sedang mengalihkan perhatian Minhyuk dan yang lain. Hati-hati, sayang. Aku percaya Hongbin dan Kris akan menjagamu dengan baik. Aku mencintaimu.”

“Aku juga mencintaimu, Mom.”

“Mereka sudah datang….”

Aku melepaskan pelukanku pada ibuku, melihat Kris dan Hongbin sudah berdiri di dekatku. Ibuku memeluk Kris dan Hongbin sekilas, lalu memelukku lagi sebelum akhirnya menyerahkan tanganku pada Kris dan Hongbin.

Aku menatap Kris dan Hongbin bergantian. Aku bisa mengerti bila kakak dan ibuku mempercayai Kris, tapi mengapa kakakku bisa mempercayai Hongbin? Kupikir kakakku membencinya dan menganggapnya sebagai musuh.

Seolah bisa membaca pikiranku, Hongbin berkata “Peniel mempercayaiku. Aku membuatnya mempercayaiku.”

“Bagaimana bisa?” aku mengerutkan keningku, nada bicaraku sinis seperti biasa.

Hongbin mengedipkan sebelah matanya padaku. “Rahasia.”

“Ayo…” Kris membimbingku pergi.

“Sampai jumpa, Mom.” Aku berlari mendekati ibuku dan memeluknya lagi sebelum akhirnya pergi bersama Kris dan Hongbin. Melarikan diri. Melarikan diri dari semua kepalsuan yang diakibatkan oleh kebodohanku ini.

Aku menggigit bibir bawahku. Maafkan aku Dad, Min Hyuk, Tuan dan Nyonya Lee. Maafkan aku.

Awalnya kami bertiga hanya berjalan normal melewati lorong hotel yang sepi. Kemudian semakin lama Kris dan Hongbin menuntunku sambil berjalan lebih cepat.

“Kau belum pernah berteleportasi?” tanya Hongbin.

Aku menggeleng. “Penyihir tidak bisa berteleportasi, Tuan Stupid! Kami butuh sapu terbang.”

Hongbin tertawa. “Tentu saja kau bisa. Aku akan mengajarimu nanti. Sekarang yang paling penting kita harus pergi dari sini.”

“Ke mana?” tanyaku.

“Skandinavia.” Kata Kris. Nadanya terdengar tidak senang.

Hongbin tertawa terbahak-bahak. Aku menatapnya dengan aneh seolah ia adalah orang gila. Kris memberenggut kesal.

“Kau mau tahu satu rahasia?” tanya Hongbin padaku, tapi anehnya ia menatap Kris dengan jahil.

“Aku sangat membenci Kris.” kata Hongbin.

Aku mendengus keras. “Itu bukan rahasia. Semua orang juga tahu!”

Hongbin menggeleng. “Aku sangat membenci Kris dan Kris juga sangat membenciku karena dia adalah adikku.”

“mwo? MWO????” aku memekik keras.

“Sssttt. Diamlah.” Geram Kris kesal. Kami kini berdiri di atas rooftop hotel.

Hongbin menyeringai. “Kami memiliki ibu yang sama.”

Aku menatap Kris dan Hongbin bergantian. “Jadi…Kris adalah setengah vampire?”

Kris mendengus, terlihat tidak suka. “Jangan mengatakannya pada teman-temanku.” Kata Kris.

“Tapi….tapi….kenapa mereka tidak tahu? Mereka tidak bisa merasakannya? Aku juga tidak bisa merasakannya! Bagaimana bisa?” aku mulai bingung.

“Aku tidak memiliki kekuatan vampire, dan aku bersyukur karenanya.” Kata Kris.

“Tapi tetap saja kau selalu haus akan darah, Kris.” Hongbin menyeringai puas.

“Diamlah!” Geram Kris.

Hongbin mengangguk. “Bila vampire dan werewolf menikah, anak mereka ternyata akan lebih mirip werewolf. Bila penyihir dan vampire menikah, anak mereka akan menjadi perpaduan keduanya.”

“Diamlah! Jangan menjadi sok pintar!” bentak Kris lagi. “Cepat bawa Hyeri.”

“Kau tidak akan ikut?” tanyaku.

“Aku akan menyusul. Aku harus memastikan semuanya aman di sini.”

Hongbin mengangguk. “Ayo…”

Kedua tanganku kini digenggam oleh Hongbin. Hongbin siap membawaku berteleportasi bersamanya. Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku merasakan bagaimana sensasi unik saat tubuhku berpindah dari satu tempat ke tempat lain dalam hitungan detik.

Ternyata dunia ini begitu luas dan tak terbatas. Ternyata masih banyak hal yang tidak kuketahui.

Saat ini, aku berharap keputusanku ini adalah tepat. Aku berharap kepergianku ke Skandinavia, tempat para petinggi vampire dan penyihir berada, membuatku semakin kuat dan bijak dalam menghadapi hidup ini.

Entah berapa lama waktu yang kubutuhkan. Tapi se-lama apapun itu, aku bersedia menjalaninya, asalkan aku bisa menjadi Shin Hye Ri yang lebih kuat dalam menghadapi apapun. Bukan Shin Hye Ri yang lemah, yang bahkan tidak bisa menghadapi perasaannya sendiri.

**********************

Skandinavia memiliki gedung-gedung kuno yang sangat mempesona. Tanpa manusia ketahui, banyak sekali vampire yang tinggal di bangunan-bangunan tua tersebut.

Keluarga Hongbin sudah tinggal di sana sejak berabad-abad tahun yang lalu. Ada suatu daerah khusus di Skandinavia yang dinamakan vampire world. Tempat itu tidak bisa dilihat oleh manusia karena banyak sekali pelindung yang di pasang di sekeliling tempat itu. Sama seperti kompleks penyihir dan kerajaan sihir di London yang tidak bisa dilihat oleh manusia apalagi ditemukan di peta.

Tak jauh dari vampire world di Skandinavia juga terdapat bangunan-bangunan khusus tempat dimana penyihir-penyihir kuno tinggal. Kedua makhluk berbeda jenis itu hidup dengan rukun. Tidak ada manusia serigala di skandinavia, mungkin karena itulah Kris benci datang kemari, tapi toh akhirnya dia datang juga.

Aku tinggal di sebuah puri besar milik keluarga Hongbin. Puri itu biasanya disewakan untuk acara-acara penting kerajaan, saat kerajaan vampire harus mengundang berbagai petinggi vampire penting dari seluruh dunia. Selebihnya puri itu kosong, karena itulah kami memilih tinggal di sana.

Hongbin terkadang kembali ke istana untuk menemui ayahnya. Ibu Hongbin telah lama meninggal ketika Kris masih kecil. Tidak ada alasan bagi Kris untuk pergi ke istana vampire, sehingga ia lebih banyak berada di puri bersamaku, mengajariku berbagai hal tentang sihir yang diketahuinya dari penyihir Min Ah.

Penyihir Min Ah pernah menyelamatkan Kris dan ayahnya ketika mereka berada dalam bahaya. Karena itulah Kris sangat menghormati penyihir Min Ah. Biasanya para penyihir tidak akan peduli pada manusia serigala, tapi penyihir Min Ah berbeda.

Pernah satu kali aku ikut ke istana vampire bersama Hongbin, mempelajari berbagai hal tentang vampire di sana. Beberapa vampire tampak penasaran padaku. Mungkin mereka berpikir aneh sekali ada penyihir yang tertarik pada dunia vampire.

Tidak ada yang tahu bahwa aku adalah keturunan penyihir Min Ah. Aku mengingat janjiku pada Peniel untuk tidak menggunakan kekuatan sihirku untuk membantu orang lain. Agar mutiara sihir yang ada dalam tubuhku tidak bertambah kuat. Agar makhluk-makhluk yang mengincar mutiara sihir dalam tubuhku tidak menyadari siapa aku yang sebenarnya.

Raja vampire (ayah Hongbin) tampaknya penasaran denganku. Dia bertanya banyak hal padaku, tapi untungnya Hongbin membantuku menjawab pertanyaan ketika pertanyaan-pertanyaan itu melenceng keluar jalur.

“Kau harus tahu, semua makhluk menginginkan mutiara sihir milik penyihir Min Ah yang kini diwariskan dalam tubuhmu. Jangan sampai kekuatan mutiara itu bangkit.” Bisik Hongbin. Aku hanya mengangguk.

Tanpa kuduga, ayah Hongbin bertanya apakah aku mengenal Leo. Aku hanya menjawab “Ya, aku mengenalnya. Dia kakak kelasku.”

“Leo anak yang sangat pintar. Meskipun dia setengah penyihir, tapi aku bangga sekali padanya. Dia sudah tinggal di istana ini sejak ia masih kecil, saat ayahnya yang penyihir menyerahkannya padaku. Malang sekali ayahnya dihukum mati oleh raja sihir. Leo sudah kuanggap sebagai anakku sendiri, walau pada kenyataannya Leo lebih seperti anak Hongbin karena Hongbin-lah yang selalu menjaganya sejak ia kecil.” Ayah Hongbin tertawa.

Aku hanya terdiam, tidak tahu harus merespon apa saat ada satu orang lagi yang menguatkan fakta bahwa Leo memang memiliki ayah yang sama denganku.

Setiap hari aku menyibukkan diriku dengan berbagai hal, mempelajari berbagai hal yang sebelumnya tak pernah kupelajari.

Pagi sampai siang hari, aku, Hongbin, dan Kris sekolah di sekolah manusia biasa. Sore harinya aku belajar sihir dari para penyihir kuno yang tinggal di pegunungan. Malam hari biasanya Kris dan Hongbin akan bergantian menceritakan sejarah tentang vampire, manusia serigala, dan penyihir. Tentang peperangan-peperangan di masa lalu. Tentang kejayaan-kejayaan berbagai klan di masa lalu.

Hongbin dan Kris masih terlihat saling benci. Tentu saja aku tidak mengharapkan mereka akan menjadi sahabat karib atau adik-kakak yang saling menyayangi. Bisa duduk bersebelahan tanpa saling cakar dan gigit seperti ini saja rasanya sudah seperti keajaiban dunia!

Hari berganti bulan, bulan berganti tahun. Tanpa terasa sudah hampir 2 tahun aku tinggal di Skandinavia.

Ternyata tidak semua hal bisa berubah. Ya, aku kini memang berubah jadi lebih dewasa, lebih kuat, lebih bijak, lebih pintar. Tapi perasaanku tidak berubah. Malam demi malam Leo selalu hadir dalam mimpiku. Tidak bisa se-detikpun aku melupakannya. Hanya saja bedanya, kali ini dibanding mengusir jauh-jauh bayangannya, aku tetap membiarkan bayangan Leo memenuhi hati dan pikiranku.

Bersama dengannya memang suatu kesalahan yang melanggar hukum alam. Tapi apakah mencintainya dari jauh juga merupakan suatu kesalahan? Salahkah aku bila sampai saat ini pun aku tetap mencintai Leo, kakak kandungku sendiri?

Berbeda dengan di Korea, di sini Kris memilih menjadi anak kelas 1 saat pertama kali mendaftar sekolah, seperti aku dan Hongbin. Saat ini kami sudah kelas 3.

Kris mengaku, saat di Korea dulu dia memang sengaja masuk kelas 3 agar terkesan lebih pintar dari Hongbin, tapi pada kenyataannya Hongbin tidak peduli.

Hongbin mengakui, saat pertama kali aku bertemu dengannya di malam hari 2 tahun yang lalu, saat dia menggigit dan melukai Kris, alasan sebenarnya bukan karena ada salah satu manusia serigala yang melanggar peraturan seperti yang sebelumnya ia jelaskan padaku. Hongbin dan Kris memang selalu seperti itu. Bertengkar. Bahkan sebenarnya teman-teman Kris pun sudah tidak heran melihat pertengkaran mereka, hanya saja malam itu Hongbin kelewat marah dan melukai Kris dengan terlalu kejam, sehingga membuat teman-teman Kris semakin membencinya.

Aku sadar, meskipun saat ini kebahagiaanku tidaklah sempurna, tapi aku bahagia karena memiliki sahabat-sahabat baik seperti Hongbin dan Kris. Mereka berdua membantuku melewati masa-masa sulitku. Mereka berdua mengajariku berbagai hal, membuka wawasanku menjadi lebih luas.

Sering aku merindukan Mom, Dad, dan Peniel. Tapi sesuai janjiku dulu, aku tidak akan kembali dan menemui mereka sebelum aku benar-benar “bahagia”. Aku tidak ingin melihat mereka menderita karena melihatku menderita. Suatu hari nanti aku akan kembali pada mereka sambil tersenyum tulus. Bukan senyum palsu seperti hampir 2 tahun yang lalu.

Aku juga belajar mencintai Kris dan Hongbin. Aku ingin sekali bisa jatuh cinta pada salah satu dari mereka. Tapi apa yang bisa kulakukan bila hatiku terus-menerus tertuju pada Leo? Tak peduli se-jauh apapun jarak memisahkan kami saat ini. Tak peduli se-terlarang apapun cinta itu.

Kuharap Tuhan memaafkanku. Kuharap Tuhan mengampuni hatiku yang terus -menerus mencintai orang yang seharusnya tidak kucintai dengan cara seperti itu.

Suatu hari, di akhir musim gugur, Kris mengajakku jalan-jalan, menikmati suasana sore hari yang ber-angin sambil berfoto di berbagai lokasi yang menakjubkan. Kris diam-diam mengambil kamera DSLR kesayangan Hongbin dari kamarnya. Sudah 4 hari Hongbin pergi ke Australia untuk melaksanakan salah satu tugas yang diberikan oleh ayahnya. Sebagai pangeran vampire, Hongbin memang sibuk sekali.

Kadang aku merasa bersalah pada Kris dan Hongbin, terutama pada para fangirls mereka, karena mereka berdua memutuskan untuk “cuti” sementara dari kegiatan mereka sebagai idol. Teman-teman satu grup mereka terpaksa beraktivitas tanpa mereka.

Kadang aku juga tidak mengerti, mengapa Kris dan Hongbin begitu menyukaiku? Aku merasa dirku biasa saja. Aku jelas bukan gadis tercantik di dunia ini. Sikapku juga lebih sering menyebalkan dibanding baik hati. Tapi mungkin semua itu terjadi karena hati mereka-lah yang memilihku, sama seperti hatiku memilih Leo. Kuharap tak lama lagi hatiku bisa memilih Kris, atau Hongbin.

Setelah merasa pegal berjalan kaki ke sana kemari dengan normal tanpa menggunakan kekuatan kami, kami pun akhirnya memutuskan untuk duduk di bangku kayu di bawah pohon gundul sambil menatap pemandangan luar biasa yang terbentang di hadapan kami, sebuah lembah yang dipenuhi aneka bunga yang kini telah berguguran. Bunga-bunga itu bahkan tetap terlihat cantik meskipun kelopaknya berguguran. Bunga-bunga itu tetap cantik dalam berbagai musim, tak peduli lingkungan sekitar menerjangnya se-keras apapun. Aku juga ingin seperti bunga-bunga tersebut. Aku ingin tetap menjadi Shin Hye Ri yang seutuhnya, tak peduli se-keras apa dunia menerjangku, menjatuhkanku, dan menghancurkanku.

Daun-daun menguning dan berjatuhan di sekitar kami. Cuaca sudah semakin dingin, angin bertiup lebih kencang, membawa aroma musim dingin, menandakan musim dingin akan segera tiba.

“Apakah kau masih mencintai Leo?” pertanyaan itu tiba-tiba saja meluncur dari mulut Kris.

Aku hanya terdiam dan menatap awan-awan kelabu di atasku. Semburat jingga mulai memenuhi langit secara perlahan. Membuatnya terlihat semakin menakjubkan. Aku mengabadikan momen itu dengan kamera Hongbin.

Aku menoleh, Kris masih menatapku, menunggu jawaban.

“Kuharap aku bisa berhenti mencintainya.” Aku menatap Kris dengan tatapan meminta maaf, tapi Kris tidak terlihat terluka sama sekali. Sebaliknya, ia tersenyum hangat.

“Ada yang aneh pada Hongbin.” Kata Kris.

Aku tertawa. “Dia memang selalu aneh kan? Vampire aneh!” Aku mendengus. “Kalau sifatku disebut bipolar, maka sifatnya itu sangat tripolar bahkan heksapolar.” Aku tertawa terbahak-bahak mengingat semua tingkah konyol Hongbin, tapi kemudian tersenyum mengingat sikap manis dan gentle-nya. Berbeda dengan Hongbin, Kris selalu memperlakukanku dengan gentle, karena itulah aku merasa dia lebih seperti seorang kakak dibanding Hongbin.

Kris menatapku dengan tajam dan serius, tidak menanggapi candaanku barusan. Sepertinya dia memang ingin mengatakan hal yang serius.

“Minggu lalu aku dan Hongbin bertengkar lagi.”

Aku memutar kedua bola mataku. Bukankah pertengkaran mereka adalah hal yang biasa terjadi?!

“Hongbin terlihat sangat marah saat aku memberitahu teman-temanku di mana kita tinggal.”

Aku membelalakkan mataku. “Jadi selama ini teman-temanmu tidak tahu?”

Kris menggeleng. “Sejak dulu Hongbin melarangku. Dia bilang…, lebih baik tidak ada seorangpun yang tahu di mana kita tinggal.”

“Yah! Dia terdengar seperti stalker! Hahahaha.”

“Aku serius, Shin Hye Ri. Awalnya aku pun tidak memedulikan hal ini, tapi sejak minggu lalu hal ini terus menggangguku.”

Aku menyentuh jemari Kris, menenangkannya. Aku mengerti dia masih membenci Hongbin, tapi aku ingin Kris mulai menyayangi kakak satu ibu-nya tersebut. “Hongbin orang yang baik.”

“Aku tahu. Tapi dia adalah orang yang sangat keras kepala. Orang paling keras kepala yang pernah kukenal.”

Aku tersenyum. “Memang. Dulu saat pertama kali mengenalnya pun aku sangat tidak suka sifatnya yang menyebalkan itu!”

Kris menatapku lekat-lekat. “2 tahun lalu…, saat aku memberitahumu untuk berhati-hati pada Hongbin, aku serius, Hyeri. Seperti yang sudah kukatakan, Hongbin sangat keras kepala dan dia akan melakukan apapun untuk mewujudkan keinginannya.”

Kali ini aku terdiam dan terus membiarkan Kris bicara. “I’m stupid because I just realize this now. Maybe I was just too mesmerized by you, so I don’t care about anything around me.”

“Cheesy!” Aku tertawa sambil memukul lengannya pelan.

Kris sama sekali tidak tertawa. “Hongbin bukan hanya tidak memperbolehkanku memberitahu teman-temanku dimana aku berada, tapi dia juga tidak memberitahu teman-temannya.”

Pandangan mataku menjadi kaku. “Mungkin dia tidak ingin Leo tahu.” Bisikku.

Kris menggeleng. “Sudah 2 tahun ini Leo tidak tinggal di Seoul.”

Aku membelalak menatap Kris. Aku tidak tahu hal ini. “Dia bahkan sudah meninggalkan Seoul sebelum hari pertunanganmu dengan Minhyuk. Aku tidak tahu dia pergi ke mana, tapi aku menduga dia pergi ke Meksiko, ke Alaska, atau mungkin ke daerah selatan, Australia, tempat di mana banyak para penyihir hitam tinggal.”

“Kenapa?” aku mengerutkan keningku.

Kris mengangkat kedua bahunya. “Aku hanya menduga. Tapi itu jelas bukan inti permasalahannya, karena intinya dia tidak ada bersama VIXX, lalu kenapa Hongbin harus merahasiakan kepulangannya ke istananya ini dari sahabat-sahabat baiknya sendiri? Itu yang membuatku bertanya-tanya selama ini.”

Aku tersenyum tipis, mencoba menenangkan Kris, meskipun sebenarnya aku pun penasaran. Bedanya, aku lebih penasaran ingin tahu ke mana Leo pergi? Untuk apa? Apakah untuk menjauhiku? Untuk melupakanku? Apakah kini ia telah berhasil?

“Hyeri~ah, kau tahu kan Hongbin mencintaimu? Dugaan terburukku adalah…, dia berusaha menahanmu di sini.”

“Bukankah kau juga menahanku di sini?” godaku.

Kris menatapku dengan galak. “Aku serius, Shin Hye Ri!”

“Oke…oke….” Aku mengangkat kedua tanganku. Menyerah.

“Hongbin sepertinya menyembunyikan sesuatu yang tidak diketahui siapapun.” Kris mengerutkan keningnya dalam-dalam. Berpikir. “Aku akan menyelidikinya.”

Aku tersenyum. “Terima kasih, Kris.”

Kris menatapku dengan heran.

Aku tertawa pelan. “Sungguh, terima kasih.”

Kris tersenyum lebar. Kami menatap langit di atas kami. Lembayung sudah menutupi langit dan sebentar lagi langit akan gelap. Aku penasaran apakah kini ibuku sudah kembali bisa membaca masa depanku melalui gugusan bintang? Tapi sepertinya belum. Karena sampai saat ini pun aku masih mencintai bintang terlarang-ku.

Aku menatap Kris dari samping. Kris masih menatap langit. Sungguh, kuharap Kris dapat menemukan gadis yang lebih baik dariku, yang benar-benar mencintainya dengan tulus. Aku menghela nafas panjang. Mungkin aku memang ditakdirkan untuk sendirian.

********************

Hari demi hari bergulir seperti biasa. Aku kini sudah menguasai berbagai teknik sihir. Aku bahkan sudah bisa berteleportasi dengan baik. Dulu kupikir penyihir tidak bisa berteleportasi, tapi ternyata bisa. Aku senang sekali karena sudah menguasai tekniknya dengan sempurna.

Puncak musim dingin, Kris lebih senang tinggal di dalam puri. Sebaliknya, Hongbin sangat menikmati musim dingin. Dia bahkan sering memaksaku bermain perang salju. Sangat kekanakan!

Hari ini tepat 2 tahun sejak aku melarikan diri dari pesta pertunanganku. Hhhhh, waktu cepat sekali berlalu. Seandainya rasa sakit cepat berlalu sama cepatnya seperti waktu.

Malam ini Kris berburu di gunung. Sebagai setengah vampire, Kris tidak hanya makan daging tapi juga perlu darah. Bedanya, dia lebih sering meminum darah hewan buruannya dibanding meminum darah manusia. Hongbin seperti biasa, memiliki stock kantung darah B yang sangat disukainya. Membelinya dengan harga tinggi dari rumah sakit.

Aku duduk di sofa sambil membaca buku. Ya, membaca buku! Jangan heran! Sekarang aku sudah menjadi anak baik yang suka membaca.

Hongbin memasukkan serbuk-serbuk aromaterapi ke dalam tungku perapian, membuat nyala api berubah warna-warni dan menguarkan aroma harum aneka buah.

Meskipun mataku terfokus pada buku yang sedang kubaca, aku tetap bisa merasakan tatapan mata Hongbin padaku. Akhirnya aku menutup buku-ku dan balik menatap Hongbin. “Ada apa?” tanyaku. Tidak seperti biasanya, seharian ini Hongbin tampak murung.

Hongbin terlihat gelisah. Perlahan ia berjalan menghampiriku. Hal yang tidak kuduga pun terjadi. Hongbin berlutut di hadapanku!

“Hyeri~ah, maafkan aku….” kata Hongbin sungguh-sungguh. “Sebenarnya aku sudah mengetahui hal ini sejak beberapa bulan yang lalu.”

“Yah! Bangunlah!” Aku mencoba membuat Hongbin berdiri, tapi dia tetap tak bergerak seolah tubuhnya terbuat dari batu. Dia tetap berlutut di hadapanku.

Hongbin menatapku lekat-lekat. “Aku benar-benar minta maaf, Hyeri~ah. Maaf karena aku tidak segera memberitahumu 2 bulan yang lalu. Aku…., aku ingin kau tetap berada di sini, di sisiku, meskipun aku tahu hatimu tidak berada di sini.”

“Hongbin~ah…”

Hongbin menggeleng. “Aku tidak menyalahkanmu karena tidak bisa membalas perasaanku, Hyeri. Tapi kalau kau jadi membenciku setelah aku mengatakan hal ini, aku tidak akan melarangmu….” Tatapan mata Hongbin terlihat sedih.

Tanpa sadar aku menahan nafasku ketika Hongbin bercerita. “2 bulan lalu tanpa sengaja aku bertemu dengan seorang penyihir tua di Australia. Di masa lalu dia memang penyihir hitam, tapi kurasa dia telah bertobat. Ia memiliki sebuah kedai kopi. Aku tidak pernah menduga, ternyata dia mengenalku dan juga….Leo. Dia mengenal ayahmu dan juga sahabat ayahmu. Dia bercerita banyak hal. Sengat banyak. Dia…, memberitahuku bahwa Leo adalah anak yang dibuang oleh sahabat ayahmu. Ayahmu membesarkan Leo seperti anaknya sendiri, sampai kemudian ayahmu menikah dengan ibumu dan memutuskan untuk menitipkan Leo di kerajaan vampire, karena ia tahu kerajaan sihir tidak akan mau menerima Leo yang terlahir dari seorang penyihir hitam dan vampire.”

Hongbin menundukkan kepalanya. “Maafkan aku, Hyeri~ah. Seharusnya….”

Aku menggeleng dan memotong kata-katanya. “Tidak ada gunanya, Hongbin. Apa bedanya bila aku tahu hal ini? Leo tidak tahu. Bahkan aku tidak tahu dia berada di mana saat ini. Apakah dia masih hidup. Apakah dia masih mencintaiku seperti dulu. Aku tidak tahu.” Lirihku pelan.

“Selama 2 tahun ini Leo berkeliling dunia. Dia mencari informasi sebanyak mungkin tentang masa lalunya. Dia menemui banyak sekali penyihir hitam yang mungkin mengenal ayahmu, meskipun sangat sulit. Tak banyak penyihir hitam yang ramah, yang akan memberikan informasi secara cuma-cuma. Aku tahu pasti berat sekali baginya mencari semua informasi tersebut.”

Hongbin masih menatapku dengan sorot penuh permohonan maaf. “Bila aku bisa bertemu dengan penyihir tua yang memberiku informasi tersebut, maka Leo pun pasti bisa. Aku menduga dia juga sudah tahu. Seandainya 2 bulan lalu aku langsung memberitahumu tentang kebenaran ini, mungkin sekarang kau sudah berada di samping Leo lagi. Maafkan aku, Hyeri~ah.”

“Berhenti meminta maaf, Lee Hongbin!” tukasku galak. Aku menghela nafas berat. “Aku bisa mengerti. Justru akulah yang harusnya meminta maaf karena sampai kapanpun…..aku tidak bisa membalas perasaanmu. Maafkan aku Hongbin~ah, hatiku tidak pernah bisa memilihmu.”

Hongbin tersenyum. Lesung pipit-nya yang khas terlihat. “Pergilah, Shin Hye Ri. Aku sudah melepaskanmu….”

“Kau mengusirku?!” bentakku. “Aku tidak mungkin keluar malam-malam begini!”

Tiba-tiba saja Kris muncul di sampingku, membuatku terlonjak kaget. “Yah! Sudah kukatakan jangan berteleportasi di dalam puri! Kau muncul seperti hantu!”

Nafas Kris terengah-engah, mungkin kecapean sehabis berburu di gunung. Dia tidak memedulikan omelanku. Kris mendekati Hongbin dan memeluknya. “Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku merasa bangga menjadi adikmu, Lee Hongbin. Maaf karena sebelumnya aku berprasangka buruk padamu tentang Hyeri.”

Aku tersenyum penuh haru, lalu merangkul kedua sahabatku itu dengan erat. “Aku ikut senang. Jangan saling cakar dan saling gigit lagi ya!”

Kami bertiga pun tertawa. Lalu tawa Kris tiba-tiba berhenti. Dia menepuk jidatnya. “Aku lupa! Saat aku berada di luar tadi, aku melihat seorang pria aneh yang menatapku dengan tajam dan tanpa ekspresi seperti ini…” Kris memperagakannya. “Bicaranya juga sangat pelan dan lembut. Kulitnya sangat putih, seperti cewek saja.” cibir Kris. “Matanya yang kuning bercahaya dalam gelap…”

Sebelum Kris selesai bicara, aku langsung berlari ke luar puri. Bahkan orang bodoh pun bisa menebak siapa pria aneh yang Kris maksud barusan.

Dadaku berdebar lebih kencang. Nafasku terengah-engah. Padahal bisa saja tadi aku ber-teleportasi ke luar puri, tapi otak-ku terasa buntu. Aku terlalu bahagia!

“Leo Oppa….” Bisikku. Air mataku mulai menggenang ketika aku tiba di hadapan Leo yang berdiri sambil tersenyum menatapku.

Aku langsung berlari menghambur ke dalam pelukannya. Aku sangat merindukan Leo. Aku merindukan dekapan hangatnya, aroma tubuhnya, semua hal tentangnya.

Kedua mata Leo yang bersinar dalam gelap perlahan mulai berhenti bersinar ketika cahaya rembulan menyinari wajahnya, membuat wajah tampannya terlihat jelas. Wajah yang sangat kurindukan.

Leo mendekapku lebih erat, seolah takut akan kehilanganku lagi. Ia membenamkan wajahnya di pundakku.

“Aku merindukanmu, Shin Hye Ri…” kata Leo dengan lembut. Aku mengangguk. Sungguh, aku sangat merindukan sorot mata tajam-nya yang berubah menjadi lembut ketika ia menatapku dan tersenyum hanya untukku.

Tapi masih ada sesuatu yang mengganjal di hatiku. Benarkah aku dan Leo tidak memiliki hubungan darah? Apakah kata-kata penyihir tua itu bisa dipercaya? Apakah Leo sudah bertemu penyihir-penyihir lain yang bisa memperkuat fakta ini?

“Oppa, apakah kau yakin kita bukan adik kakak?” tanyaku cemas.

Leo mengangguk. “Hmmm. Aku mendapatkan beberapa informasi yang sama dari berbagai belahan dunia, dan itu membuatku yakin.”

Kemudian aku melihat Leo tertawa pelan. “Bukankah kita sangat bodoh, Hyeri~ah? Penyihir dan vampire sering menganggap manusia itu bodoh dan lemah, tapi pada kenyataannya justru manusia jauh lebih pintar dibanding kita.”

“Apa maksudmu, Oppa?” tanyaku, tak mengerti.

Leo tersenyum. “Tes DNA. Manusia memiliki metode untuk mengetahui apakah seseorang memiliki hubungan darah dengan yang lain atau tidak. Seharusnya kita melakukannya sejak dulu. Kalau kita melakukan tes DNA sejak dulu,  kita pasti tidak akan terpisahkan.”

Aku tertawa dan kemudian mengangguk. “Kenapa aku tidak pernah memikirkan cara manusia itu ya? Benar Oppa, manusia ternyata memang jauh lebih pintar dari kita. Tanpa kekuatan-kekuatan super, kita pastilah bukan siapa-siapa. Tapi manusia, meskipun mereka tidak memiliki kekuatan super seperti kita, otak mereka jauh lebih pintar dibanding kita.”

Leo memelukku lagi. Aku balas memeluknya. Hatiku terasa ringan, seolah milyaran ton beban yang selama 2 tahun ini memenuhi hatiku terangkat begitu saja dalam sekejap mata.

“Agar semakin yakin, ayo kita tes DNA besok siang.” Kata Leo.

Aku mengangguk. Leo mengecup keningku.

“Lalu kita pulang. Aku sangat merindukan Seoul dan seluruh isinya. Tapi tidak ada yang lebih kurindukan dibanding kau, Shin Hye Ri.”

Aku tertawa dan memukul dada Leo dengan keras. “Apakah perjalanan berkeliling dunia selama 2 tahun ini membuatmu menjadi cheesy, Oppa?”

Leo tertawa. Aku berjinjit, melingkarkan kedua lenganku di leher Leo dan mencium bibirnya yang lembut dalam-dalam. Menyampaikan perasaan yang tak kukatakan.

Aku ingin berkata, aku merindukannya.

Aku ingin berkata, aku senang melihatnya lagi.

Aku ingin berkata, perasaanku padanya tidak pernah berubah sejak dulu.

Aku ingin berkata, selamanya aku hanya ingin mencintainya.

Leo membalas ciumanku dengan penuh perasaan. Beberapa menit berlalu, sampai kemudian kami mendengar sebuah suara geraman tak jauh dari kami. Dalam sekejap mata, dua orang berjubah hitam menarikku menjauh dari Leo.

“Kyaaaaaaaaaaa!” Aku menjerit keras saat aku merasakan tubuhku melayang, lalu berhenti 5 meter dari Leo. Kedua pria berjubah hitam dan berwajah pucat memegang lenganku dengan erat.

“Lepaskan dia.” Geram Leo. Sebelum Leo sempat mendekatiku dan menyerang kedua pria yang menahanku, seorang pria bertubuh atletis muncul di hadapan Leo.

“Aku senang kau pulang kemari, Leo.” Ternyata pria itu adalah ayah Hongbin, sang raja vampire.

“Aku tidak pulang.” Kata Leo datar. Leo hendak menghampiriku, tapi raja vampire menahannya.

“Apa yang kau inginkan?” tanya Leo tajam.

Raja vampire menunjukku. “Dia. Aku menginginkan mutiara yang ada dalam tubuhnya.” Raja vampire tersenyum lebar. Ia memiliki senyuman memikat dengan lesung pipit khas, sama seperti milik Hongbin. Tapi bedanya senyuman raja vampire sangat mengerikan dan dipenuhi aura kelam.

“Lepaskan Hyeri!” Tiba-tiba saja Hongbin datang dan menggeram marah, memerintah kedua pengawal istana melepaskan tangan mereka dari lenganku.

“Maaf, bahkan putra kandungku sendiri pun tidak akan bisa menghalangiku.” Raja vampire menepukkan tangannya satu kali dan dalam sekejap mata aku merasa kesadaranku hilang. Kegelapan menyelimutiku. Rasa dingin menggerogoti tulangku.

====== TBC =====

Akhirnyaaaaa…., part 4 beres! Hohoho.

Part 5 adalah part terakhir. Hehehe. Ada yang masih penasaran akhirnya gimana? Let’s see part 5.

Gimana? FF Forbidden Star ini nggak bikin kalian bingung kan? Aku memang sengaja pengen bikin FF fantasy-romance yang lebih ringan dari Moonlight Destiny. Hehehe.

Maaf yaa kalau alurnya terlalu cepat, tapi aku suka yang cepat-cepat. LOL. Yang penting intinya dapet. *ditendang Leo*

Thanks yaa udah baca + kasih komentar. Meskipun FF ini masih jauh dari kata sempurna, tapi aku berharap kalian menyukainya.

Sampai jumpa di part akhir.

^_^.

–          Azumi Aozora –

 Leo….Leo….Leo…..

Image

Leo leo 2

Leo leo 3

Leo leo 4

Leo leo 5

23 thoughts on “Forbidden Star (Chapter 4)

  1. sebelum coment…..
    itu itu itu nunjuk pict diatas waaaaahhhhh…..bonus bangeeeeettttzzzzzzz……
    Aaaaaahhhhh…..awal yg sangat menyakitkan…..
    hye ri Leo trnyta kalian bkan sdora ouuggghh sungguh melegakan….
    Gimana nasib minhyuk ituuuu…..
    Kris..”ad pria aneh menatap q tajam sptri ini…dan bicara’y pelan & lembut sprti cew sja….matanya kuning brchaya dlm gelap….. ITU LEOOOOOOOOOOOO KRIIIISSSSSSSSSSS…..
    Heeemmmmn…..akan kah hongbin melawan ayah’y aigoooo……nan molla…..
    tp seneeeeennngggggg ad titik terang low ending’y hye ri sma Leo tp g tau jg sich semua ini kuasa author heeeeee……. *I hope happy ending (Leo&Hyeri) 😉

    • Hehehehe.. iya. ..bonus…aku suka gambar yg paling akhir yg leo nya senyum. Kekekeke
      Gomawooo yaa udh baca 😉
      Minhyuk nasibnya baik2 aja tuh sama aku jadinya. Hahaha. *dicakar fans minhyuk*

  2. itu yg pas lg di simsimtampa kan dy mah sering bgt digodain sma shindong…..
    jrang2 liat Leo senyum bner2 moment berharga…..*hallah
    q seneng bgt pas leo di acra v-league dy tertawa’y lepas bgt ^^

  3. kyyaaaa xD Makin makin makkiinnn penasaran
    nanti udah end ya (chap 5)? xD oya, aku binguing kapan ya, Peniel ngasi tau Penelope (?) ? dan kapan Leo nyatakan cinta? *eh aku gak ketemu ya? padahal aku baca lenkap dari chap 1 lho,
    aduh, nanti siapa, coba yang dipilih ama Hyeri?
    sebenarnya belum terlalu kenal VIXX ama BTOB sihh, mau ngapalin hehehe
    Mian komennya pendek, sampai ketemu lagi xD *hug
    Keep writing ^^

  4. Rasanya nano-nano ada manis asem asin, eh salah maksudnya ada sedih,haru,seneng,tegang. Pokoknya greget banget eonn,
    Cuma di part ini kurang jelas sama nasibnya peniel,minhyuk,dan ortu Hyeri. Kalo vampire pertumbuhannya berhenti di umut 17thn, jadi kalo diliat ayah Hongbin dan Hongbin hampir sama dong usianya? kumat nih keponya,,
    Next part ditunggu ya eonn 🙂

    • Wkwkwk….iya…bayangin aja ayahnya Hongbin itu mirip Hongbin tp versi wajah serem nya.
      Iya…kalau vampire nya lahir dari ayah ibu vampire mereka tumbuh sampai umur 17 thn, tapi beda lagi kalau ada manusia yg diubah jd vampire berarti umurnya terhenti pas dia berubah itu. Hahaha.
      Tenaang…nasib peniel dkk bakal ketauan di chapter akhir.

  5. hwaaaaaahhhh akhir nya ff ini di post jga ,, aku sllu nungguin ni ff , hehe :-D. , daebakk pkok nya .
    dan chap 5 nya jngan lama2 ya ,hehe ,#maksa #kgkpapa , 🙂
    keep writing

  6. Aduhh ..makin klepek” nih ma Leo palagi liat pic diatas >.<
    Pdhl aq baru sedang pengenalan VIXX,gara2 VIXX duet maut bareng Girl'sday pake gaya sexi"an..
    dan kesemsem sama Ken ehh..Tpi gara" nih ff malah wajah leo keingat terus
    Palagi semalam nonton Idol athletic and liat wktu Leo cs maen futsal,leo kereen jago maen bola juga ❤
    Mmmmm,semoga Hyeri gak diapa"in sama sang Raja Vampire ,semoga Hongbin,my love Kris :D,bantuin Leo selamatkan Hyeri ..
    Kalo bisa panggil bala tentara VIXX,EXO,BTOB lainnya!!
    Yeah This is war !! XDDDD
    Happy ending please ^^

  7. Pingback: Forbidden Star (Chapter 5 END) | wiantinaazmi

Leave a reply to azumiaozora Cancel reply